Saat datang syariat adzan dan kewajiban sholat, Bilal langsung ditunjuk oleh Rasulullah untuk menyenandungkan adzan. Setelah adzan Bilal selalu berdiri di depan pintu rumah Rasulullah yang bersebelahan dengan masjid nabawi. Ketika nabi keluar dari rumahnya Bilal selalu berucap :”hayya alassholah…hayya ‘alalfalah”. Nabi keluar dari rumahnya dan menyambut bilal dengan senyuman, setelah itu bilal melanjutkan dengan iqomah.
Bilal dengan kesetiaan yang ia miliki menyenandungkan adzan untuk umat Islam selama hidupnya. Kecintaannya akan Islam dan nabi Muhammad membuat dirinya bahagia dengan penghormatan yang sangat indah yang belum pernah diberikan oleh agama manapun terhadap orang kulit hitam.
Pada saat Rasulullah wafat dan jasad beliau belum dikebumikan, Bilal menyenandungkan adzan. Ketika sampai “asyhadu anna muhammadan Rasulullah” seketika Bilal diam dan ia tidak bisa mengeluarkan suara lagi, suara yang ia miliki telah berhenti di leher, ia hanya menangis tersedu-sedu hingga ia hampir tak sadarkan diri.
Bilal terus mencoba untuk adzan sepeninggal Rasulullah wafat, namun tetap saja pada lafadz “asyhadu anna Muhammadan…” ia berhenti dan menangis, ia terus menangis. Biasanya setelah adzan dia berdiri di depan pintu rumah Nabi dan Nabi tersenyum dengan Bilal, saat ini semuanya tinggal kenangan.
Akhirnya Bilal meminta izin kepada khalifah Abu Bakar untuk berhenti adzan, ia merasa tidak mampu lagi untuk menyenandungkan panggilan ilahi ini. Bilal sangat mencintai Rasulullah Muhammad. Awalnya Abu bakar merasa berat, setelah mempertimbangkan dengan matang bersama para pembesar sahabat, akhirnya Abu bakar memaklumi permintaan bilal.
Dalam kesepiannya ditinggal oleh sang kekasih, Bilal pergi ke negeri syam bersama para sahabat yang melakukan jihad fi sabilillah. Bilal tinggal di Damaskus dengan terus mengajarkan Islam kepada para penduduk di sana. Sejak saat itu Bilal tidak pernah lagi mengumandangkan adzan, ketika adzan ia selalu tersiksa dengan kerinduan kepada nabi Muhammad.
Hingga datang masa kepemimpinan Umar bin Khatab, bilal tetap setia dalam dakwah menyebarkan agama Islam di Damaskus Syiria. Suatu hari Umar menjenguk Bilal dan meminta beliau untuk adzan. Bilal terus menolak dan Umar terus memaksa.
Akhirnya dengan berat hati bilal mengumandangkan adzan yang didengarkan oleh para sahabat. Ketika sampai dikalimat “asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” seketika seisi ruangan menangis. Bilalpun tidak mampu melanjutkan adzan yang ia kumandangkan. Mereka teringat dengan kekasih yang berjuang bersama menegakkan agama Islam dalam duka maupun suka.
Setelah kejadian itu, Bilal hingga akhir hidupnya tidak pernah lagi menyenandungkan adzan. Ketika malaikat maut hendak menjemputnya, istri Bilal dengan sedih berucap :”wahuznah…….” yang berarti sebuah kesedihan yang sangat dan Bilal justru tersenyum dan menjawab :”wafarhah…….” justru sebuah kebahagiaan yang tiara tara.
Lihatlah …hingga saat ini belum ada di dunia ini cinta dan kesetiaan yang membandingi cinta dan kesetiaan para sahabat kepada Rasulullah Muhammad saw.
Manusia itu akan bersama dengan orang yang ia cintai. Jadi mari kita cintai orang-orang yang cintanya bersih dan tulus; mereka adalah para sahabat yang berjuang demi besarnya agama yang kita anut sekarang ini. Jangan sampai kita mencintai bahkan memuja orang- orang yang kita tidak tahu jelas keimanannya, apalagi orang kafir hanya karena ketenaran dan popularitasnya.
Posting Komentar