"EVALUASI PROYEK, PENGERTIAN
DAN CARA MENGANALISIS"
"Evaluasi proyek, Pengertian
dan Cara Menganalisis" sebagian besar bersumber dari buku "Pengantar
Evaluasi Proyek" Lembaga Penerbit FEUI 1978, merupakan bahan bacaan utama
pada kursus Analisis Proyek Pertanian dan Industri Pertanian (Agriculture and
Agro Industry Project Course), Program Perencanaan Nasional – Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
bekerjasama dengan Economic Development Institute of the World Bank tahun 1981,
dimana penulis termasuk salah satu peserta.
Semoga
apa yang disajikan ini masih relevan dan dapat bermanfaat.
PENGERTIAN
PROYEK
Suatu
aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil
(returns) diwaktu yang akan datang, yang direncanakan, dibiayai dan
dilaksanakan sebagai salah satu unit dimana biaya maupun hasilnya dapat diukur.
Proyek
atau kegiatan proyek dapat dibagi atas 2 (dua) tujuan yaitu :
1. Komersil
Bertujuan
komersil (mendapat untung) langsung dalam bentuk uang, ialah kegiatan dibidang
produksi misalnya pertanian, perkebunan, industri dan sebagainya.
2. Tidak Komersil
Tidak
komersil ialah kegiatan dibidang kepentingan umum seperti pengadaan prasarana
fisik seperti Waduk, Jalan, dan sebagainya.
EVALUASI
PROYEK
Evaluasi
proyek menekankan pada 2 (dua) macam analisis yaitu :
1. Analisis Finansil
Apabila
proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya didalam proyek
atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.
Dalam
analisis ini sangat diperhatikan hasil untuk modal saham (Equity Capital) yang
ditanam dalam proyek yaitu hasil yang harus diterima oleh para petani,
pengusaha swasta, badan usaha pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan
dalam pembangunan proyek. Hasil finansil ini sering disebut "PRIVATE
RETURNS"
2. Analisis Ekonomis
Dimana
proyek dilihat dari segi perekonomian secara keseluruhan. Dalam analisa ekonomi
yang diperhatikan ialah hasil keseluruhan berupa produktivitas atau keuntungan
yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat,
atau perekonomian secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan
sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari
proyek tersebut. Hasil ekonomi ini disebut "The Social Returns" atau
"The Economic Returns".
Beberapa
unsur yang berlainan penilaiannya dalam kedua macam analisis tersebut ialah :
1. Harga
Dalam
analisa finansil selalu dipakai harga pasar (market price), sedangkan dalam
analisis ekonomis digunakan harga bayangan (shadow price) atau disebut juga
"accounting prices" yang menggambarkan nilai sosial atau nilai
ekonomis yang sesungguhnya (the true social of economic value) daripada
unsur-unsur biaya maupun hasil/manfaat
2. Pembayaran Transfer
a. Pajak
Dalam
analisa ekonomis, pajak tidak dikurangi dalam perhitungan benefit daripada
proyek. Pajak adalah bagian daripada hasil bersih proyek yang diserahkan kepada
pemerintah untuk digunakan bagi masyarakat sebagai keseluruhan, karenanya tidak
dianggap biaya.
b. Subsidi
Subsidi
sesungguhnya adalah suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek
sehingga dalam analisa :
-
Finansil : mengurangi biaya proyek, jadi menambah benefit.
-
Ekonomis : harga pasar harus disesuaikan untuk menghilangkan efek dari subsidi.
Jika subsidi menurunkan harga barang input, maka besarnya subsidi harus
ditambahkan pada harga barang input tersebut.
c. Bunga
Analisis
Ekonomi
Bunga
modal tidak dipisahkan/dikurangi dari hasil bruto. Kecuali Social opportunity
Cost of Capital (OCC) dari investasi tersebut dianggap terdiri dari arus
pelunasan hutang + bunganya maka diperhitungkan sebagai biaya (dikurangkan dari
hasil bruto)
Analisis
Finansil
o Bunga yang dibayarkan kepada
orang-orang luar yang meminjamkan kepada proyek dan dianggap cost sehingga
dikurangkan dari hasil bruto sebelum diperoleh arus benefit.
o Bunga tidak dianggap sebagai biaya,
karena bunga merupakan bagian dari financial returns yang diterima modal
proyek.
Pengaruh
Inflasi terhadap Benefit dan Biaya
Laju
inflasi akan menyebabkan semakin besarnya ukuran benefits yang dinyatakan dalam
uang atas harga dasar yang berlaku, dipihak lain terjadi pula dalam biaya. Pada
hal tujuan dasar dari evaluasi proyek ialah menentukan bagaimana cara
menggunakan sumber-sumber yang ada demi memaksimumkan kenikmatan masyarakat
terhadap barang dan jasa yang riil dalam waktu mendatang. Jadi baik arus
benefit maupun biaya hendaknya diukur atas dasar tingkat harga umum yang
berlaku tetap pada waktu diambil keputusan tentang dilaksanakannya proyek. Cuma
seberapa jauh diduga bahwa perkembangan harga pada unsur benefit atau biaya
tertentu akan menyimpang dari laju kenaikan harga umum, sehingga pengukuran
terhadap unsur-unsur tersebut hendaknya memperhitungkan penyimpangan tersebut.
Kriteria
Investasi
Untuk
mendapatkan gambaran-gambaran yang rasional dari sesuatu proyek untuk
diputuskan dapat atau tidaknya dibiayai dalam program, telah dikembangkan
berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut Kriteria Investasi.
Jenis
kriteria investasi tersebut adalah :
1. Net Present Value (NPV)
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
5. Profitability Ratio (PR = PV’/K)
Namun
yang akan penulis kemukakan disini terbatas hanya cara menghitung Internal Rate
of Return (IRR)
Internal
Rate of Return (IRR)
IRR
dapat dianggap tingkat keuntungan (Pengembalian hasil investasi)1) bersih dari
se-suatu proyek asalkan setiap benefit bersih dari sesuatu proyek asalkan
setiap benefit bersih (Bt-Ct) yang positif secara otomatis ditanam kembali
dalam tahun berikutnya. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV
daripada proyek sama dengan 0 (Nol)
Formula
matematisnya :
n
Bt - Ct
________________________________________
NPV
= = 0
t=1
t
(1+IRR)
________________________________________
1)
Little and Mirrless dalam bukunya "Project Appraisal and Planning for
Developing Countries" hal. 13, mengartikan Internal Rate of Return sebagai
Yield (produktivitas) daripada proyek.
Adalah
sangat kebetulan apabila kita mendapatkan angka IRR dengan mendiscount arus
Benefit dan arus Cost2) langsung memberikan hasil pengurangan = 0
Karena
itu ditempuh cara coba-coba dengan mengadakan perhitungan 2 (dua) kali dimana
hasil NPV percobaan pertama adalah (+) dan percobaan kedua adalah (-) atau
sebaliknya. Dengan formula matematis berikut ini kita peroleh angka IRR nya.
NPV’
________________________________________
IRR
= i’ + ( i" – i’ )
(NPV’-NPV")
dimana
i’ = Discount rate yang digunakan pada percobaan pertama
i"
= Discount rate yang digunakan pada percobaan kedua
NPV’
= NPV pada percobaan pertama
NPV"
= NPV pada percobaan kedua
Jika
ternyata IRR dari sesuatu proyek sama dengan nilai i yang berlaku sebagai
Social Discount Rate, maka NPV daripada proyek itu adalah sebesar 0. Jika IRR
< Social Discount Rate, berarti NPV < 0. Oleh karena itu maka nilai IRR
yang lebih besar dari/sama ( ) dengan Social Discount Rate, menyatakan tanda
Go untuk proyek, sedangkan IRR kurang dari Social Discount Discount Ratenya
memberikan tanda No Go.
Penetapan
Discount Rate untuk Present Value
Disebabkan
antara lain penggunaan modal yang belum berdaya guna (efisien), sedangkan di
masyarakat berlaku tingkat bunga yang berbeda-beda dipasaran modal bebas.
Dalam
memilih tingkat discount rate ialah, berapakah tingkat keuntungan yang
diharapkan andaikata sumber-sumber yang diperlukan untuk sedang dinilai tidak
jadi dipakai, melainkan dipakai pada kesempatan investasi yang lain. Hal ini
menyebabkan tingkat opportunity cost of capital yang berlaku untuk
masing-masing penanam modal/proyek tidak seragam. Social Opportunity cost of
capital biasanya dianggap sama dengan tingkat keuntungan social yang dihasilkan
proyek yang terdapat pada batas (margin) dalam rangka penentuan susunan
anggaran pembangunan negara.
Tidak
seragamnya social opportunity cost of capital yang disebabkan juga antara lain
perkembangan ekonomi daerah yang berbeda, oleh karena itu Enex Consortium 346
yang menjadi konsultan Ditjen Bina Marga (cq Bagpro Studi Kelayakan Jalan dan
Jembatan, Dit Bipran) dalam mengevaluasi kelayakan usulan peningkatan jalan
seluruh Indnesia pada tahun 1976-1979 menggunakan Tentative Incremental IRR
Threshold per Propinsi3) yang besarnya antara 15,0% - 25,0% sebagai berikut :
________________________________________
2)
Dalam evaluasi proyek dibidang industri, dikenal istilah K = Kapital
(Modal/investasi awal) proyek dan C = Cost yang merupakan biaya Operasi.
Sedangkan dalam proyek Jalan, dikenal istilah C = Construction Cost dan C’
(RMC) = Road Maintenance Cost.
3)
Economic and social Analysis "methodology Statement" halaman 1/10,
Enex Consortium 346, 1977.
• 15,0% (DI Aceh, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Bengkulu, seluruh Kalimantan, seluruh Sulawesi dan seluruh Nusa Tenggara)
• 20,0% (Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa Timur dan Bali)
• 25,0% (Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI
Yogyakarta)
Misalnya
hasil perhitungan IRR di Jawa Barat sebesar 20,0% maka usulan tersebut dinilai
tidak layak, karena IRR threshold Jawa Barat sebesar 25,0%. Hasil perhitungan
Computer menggunakan Genmerri4) pada tahun 1978 menunjukkan IRR = 150,10%
(Cileunji-Sumedang/2202001) IRR = 126,63% (Sumedang-Cijelag/2202101) dan IRR =
52,83% (Cijelag-Kadipaten/2202201), jadi sangat layak pada Improvement Option
berupa pelebaran bahu jalan
Shadow
Price (Harga Bayangan)
Shadow
prices atau accounting prices dapat dikatakan sebagai semacam penyesuaian yang
dibuat oleh penilai proyek terhadap harga pasar daripada beberapa faktor
produksi, karena harga pasar produksi tersebut tidak mencerminkan nilai sosial
yang sebenarnya (Social opportunity cost) dari unsur produksi tersebut. Tiga
komponen analisa yang sering dipakai dalam evaluasi proyek yang
dicari/ditentukan harga banyangan-nya :
1. Modal
Pemerintah
seringkali beranggapan bahwa salah satu hambatan utama suatu pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat adalah kekurangan dana investasi yang diakibatkan oleh
biaya modal(cost of capital), yaitu tingkat bunga yang terlalu tinggi. Hal yang
sering dilupakan ialah bahwa usaha menggairahkan masyarakat untuk suka menabung
perlu disertai rangsangan kepada sipenabung untuk memperoleh sejumlah
keuntungan riil atas dananya yaitu suku bunga yang dapat :
a. menutupi kemerosotan nilai-nilai yang
disebabkan oleh inflasi
b. mengimbangi tingkat "time
preference" yaitu keadaan dimana orang lebih senang menikmati
pendapatannya sekarang daripada menangguhkannya.
Karena
itu pemerintah seringkali mengatur tingkat bunga resmi (terutama perbankan)
atas deposito para nasabahnya pada suatu tingkat tertentu.
1. Tenaga Kerja Tak Terdidik
Sama
dengan modal, ketentuan umum tentang penerapan gagasan upah bayangan (shadow
wages) di Indonesia belum dikeluarkan oleh Pemerintah. Secara insidentil pernah
diadakan pada evaluasi proyek irigasi Pemali-Comal (Studi Case No. 4
Mears-Djarot PPN - UI 1974), dimana upah buruh yang berasal dari buruh panen
upahan dinilai = 0 (nol)
Begitu
pula dalam evaluasi proyek pengembangan pabrik gula Jati Tujuh Jatibarang, upah
buruh penebang tebu yang berasal dari sekitar proyek yang tadinya
penganggur/setengah penganggur dinilai = 0 (nol). Proyek Pengembangan pabrik
gula Jati Tujuh merupakan salah satu tempat praktek kerja lapangan peserta
kursus tahun 1981.
________________________________________
4)
Genmerri (Generalized Model for the Evaluation of Reval Road Improvement), WD.
Scott & Co Pty Ltd, 1976.
Dasar
pemikirannya ialah bahwa seberapa jauh pemindahan tenaga kerja baru, mengurangi
produksi dalam kegiatan terdahulu (jadi buruh yang dialihkan itu tidak
sepenuhnya diganti dengan tenaga yang dipakai sebagai ukuran tentang besarnya
upah buruh tersebut).
Prof.
Arnold C Harberger seorang ekonom ahli evaluasi proyek, menganggap bahwa social
opportunity cost daripada upah terendah dari buruh adalah upah terendah yang
memberikan imbalan yang cukup sehingga buruh tersebut bersedia mengorbankan
waktu senggangnya dengan bekerja.
2. Devisa
Social
opportunity cost daripada devisa yang dikeluarkan dalam rangka melaksanakan
suatu proyek dianggap sebagai nilai sumber dalam negeri (Domestic Resources
Cost) yang harus diolah demi membeli atau langsung menyediakan suatu sarana
yang bersifat tradeable (dapat diperdagangkan), untuk dipergunakan diproyek
tersebut. Penggunaan sumber-sumber tersebut dapat berupa :
a. Produksi untuk menunjang export yang
pendapatan devisanya untuk pembeli sarana import.
b. Produksi pengganti import (import
substitution) yang menghasilkan sarana tersebut secara langsung, atau melalui
penghematan devisa yang digunakan untuk membeli sarana import.
Berdasarkan
metode social opportunity cost, ukuran diatas biasanya kurang dari tingkat
batas guna (marginal utility) sebab batas guna dari konsumsi barang yang dapat
diperdagangkan sama dengan batas sumber-sumber dalam negeri untuk menghasilkan
barang pengganti import. Hal ini disebabkan karena kedua-duanya ditentukan oleh
nilai tukar resmi (official rate) + nilai proteksi seperti : bea masuk,
pembatasan kuota import dan sebagainya. Padahal biaya marginal untuk memperoleh
maupun menghemat devisa merupakan nilai-nilai rata-rata tertimbang
sumber-sumber dalam negeri marginal untuk menghasilkan kedua golongan barang
tadi (barang export maupun barang pengganti import).
Kenyataannya
bahwa (bahan tulisan ini diterbitkan tahun 1978) dalam rangka evaluasi proyek
oleh instansi pemerintah maupun oleh konsultan swasta, tidak menggunakan Nilai
Tukar Bayangan (Shadow exchange rate). Dengan kata lain Nilai Tukar Resmi yang
berlaku dianggap mengukur social opportunity cost barang dan jasa yang bersifat
dapat diperdagangkan berdasarkan harga perbatasan (border prices) nya.
Negara
yang paling memerlukan Nilai Tukar bayangan yang lebih tinggi dari nilai tukar
resmi adalah negara yang neraca pembayarannya mengalami tekanan berat5) ,
karena nilai tukar resmi terlampau rendah untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan dalam pasar devisa. Selain itu diasumsikan bahwa terdapat hambatan
kelembagaan yang menghindari penentuan suatu nilai tukar yang mampu menertibkan
pasarnya.
________________________________________
5)
Neraca pembayaran mengalami tekanan berat, apabila Neraca Pos-pos berjalan
(Perdagangan, Jasa dan hasil Investasi/sumbangan) mengalami defisit sehingga
perlu ditutup oleh Gerakan Modal dan Gerakan Mas Moneter (Pinjaman jangka
Pendek/Panjang dan Import Mas, artinya menambah Utang Luar Negeri).
Dengan
menekan tindakan-tindakan pada usaha menanggulangi keadaan neraca pembayaran
tersebut yaitu berupa investasi dalam kegiatan yang menunjang export maupun
produksi pengganti import maka pemerintah secara bertahap mulai menerapkan
suatu nilai tukar bayangan.
Selain
daripada keadaan neraca yang demikian maka faktor inflasipun peranannya sangat
besar dalam menentukan nilai tukar bayangan. Sebagai contoh dapat dikemukakan
berikut ini. Umpamanya pada tahun 1980 nilai tukar x rupiah per dollar
merupakan tingkat keseimbangan. Maka pada tahun 1983 dimana tingkat harga
umumnya telah meningkat dengan y persen sedangkan lagi inflasi dipasar dunia
(khususnya sehubungan dengan jenis barang dan jasa yang diperdagangkan di
Indonesia) hanya sebesar Z persen (Z<Y), maka nilai tukar sebesar Y pada
awal masa tersebut secara riil atas harga tetap (1980) telah menurun menjadi
sebesar
100
+ Z
________________________________________
x
saja --
100
+ Y
Tampaknya
nilai Z dan Y untuk masa tiga tahun belakangan ini masing-masing sebesar 40%
dan 120%. Jadi :
100
+ Z 140
________________________________________
________________________________________
=
= 0,65
100
+ Y 220
Jadi
nilai tukar yang secara nominal sebesar Rp. 630,- sekarang hanya bernilai Rp.
410,- atas dasar harga yang berlaku tahun 1980. Atau dilihat dari sudut
besarnya nilai tukar nominal 1983 yang diperlukan untuk mempertahankan nilai
tukar riil yang berlaku tahun 1980 dahulu maka nilai itu sama dengan hasil
perkalian 0,65 tadi dengan Rp.630,- = 1/0,65 x 630 = Rp. 969,-
Penjelasan
mengenai cara meng-shadow dapat dilihat pada Bagan Alir dihalaman akhir tulisan
ini.
Economic
Cost
Apa
yang dikenal sebagai Economic cost, sebenarnya dalam pengertiannya Ilmu
Evaluasi Proyek lebih dikenal dengan nama Harga bayangan (Shadow Prices),
karena analisis proyek jalan merupakan analisis ekonomis.
Untuk
mengetahui perbedaan dengan penggunaan istilah tersebut dalam Teori Ekonomi,
baiklah pada kesempatan ini diketengahkan pengertian Economic Cost tersebut.
Campbell6)
memberi definisi :
Economic
costs have to do with missed opportunities or foregone alternative (Biaya
Ekonomi, berhubungan dengan kesempatan-kesempatan atau alternatif yang hilang).
________________________________________
6)
Campbell MC Donnel R., "Economic" Sixth edition, Principles, Problem
and Policies. Mc Graw Hill Book Company 1975. Hal 497/498
Pengertian
yang dikemukakan Campbell diatas tiada lain adalah alternative costs atau lazim
disebut opportunity cost.
Ferguson7)
memperkuat pengertian tersebut dengan definisi sebagai berikut :
Biaya
alternatif atau opportunity cost untuk memproduksi satu unit barang x adalah
jumlah barang Y yang harus dikorbankan, agar dengan demikian dapat dipergunakan
sumber-sumber tersebut untuk memproduksi barang x. Hal tersebut merupakan biaya
social memproduksi barang x
Suryatin
dan kawan-kawan8), memberikan definisi :
Economic
costs ialah jumlah biaya yang telah dikeluarkan total overheadnya yaitu antara
lain overhead firm, pajak-pajak, keuntungan-keuntungan dan
pengeluaran-pengeluarannya yang sejenis.
Residual
Value (Nilai Sisa)
Residual
(Salvage) Value adalah suatu nilai dari pada kekayaan proyek. Residual value
dapat dihitung sebagai benefit dan ditambah pada benefit biasa diakhir tahun
proyek, atau dapat dihitung sebagai penurunan biaya (biaya negatif) pada saat
terakhir. Dalam buku Economic Analysis of Agriculture Projects begitu pula
dalam Dasar-dasar Evaluasi Proyek9), Residual Value di-discount pada akhir
tahun analisis.
Analisa
Sensitivitas
Analisis
sensitifitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
analisis proyek jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya atau benefit.
Dalam
analisis sensitivitas setiap kemungkinan itu harus dicoba yang berarti bahwa
tiap kali harus diadakan analisa kembali. Ini perlu sekali, karena analisa
proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidak pastian
tentang apa-apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
Ada
3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan ialah :
1. Terdapat "Cost Overrun"
misalnya kenaikan dalam biaya konstruksi.
2. Perubahan dalam perbandingan harga
terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi.
3. Mundurnya waktu pelaksanaan (time
overrun)
Untuk
lebih jelasnya, cara perhitungan IRR tersebut diatas, dapat dilihat pada tabel
I
________________________________________
7)
Ferguson, C.E. "Micro Economic Theory" Disadur oleh Drs. E.C.
Winardi. Penerbit Tarsito Bandung, 1975 hal. 90/91 (Buku ke 2)
8)
Suryatin, Rachmadi, Soehartono dan Budihardjo "Analisa Cost Benefit",
Dalam Hubungannya dengan Pembinaan Jalan Umum, Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik, Hal 14 (tanpa tahun penerbitan)
9)
Drs. Soetrisno PH, dasar-dasar Evaluasi Proyek", Fakultas Ekonomi UGM,
Yogyakarta 1981.
Menghitung
manfaat (benefit) dan biaya (cost)
Benefit
dari proyek-proyek fisik seperti pembangunan/peningkatan jalan, pembuatan waduk
atau perluasan jaringan irigasi merupakan benefit yang dapat dihitung/dinilai
dengan uang (Tangible benefit). Misalnya pada pembangunan jalan
baru/peningkatan jalan maka benefit yang diperoleh antara lain :
a. Penurunan biaya operasi kendaran dari
normal traffic, diverted traffic dan generated traffic.
b. Penurunan biaya satuan waktu (unit time
cost)
c. Penurunan biaya pemeliharaan jalan
Sedangkan
pada proyek pembuatan waduk atau perluasan jaringan irigasi akan memberikan benefit
antara lain :
a. Meningkatnya produksi hasil pertanian
(intensifikasi)
b. Perluasan lahan berpengairan
(ekstensifikasi) yang juga akan meningkatkan produksi hasil pertanian
c. Peningkatan produksi perikanan darat,
sebagai hasil sampingan dari pembuatan waduk dan sebagainya.
Sedangkan
benefit lainnya yang sulit dihitung (intangible benefit) berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat yaitu :
a. Peningkatan keamanan dan kenyamanan
b. Peningkatan kecerdasan
c. Peningkatan derajat kesehatan.
Bagaimana
Cara Menganalisis Proyek-proyek Permukiman dan Prasarana Permukiman
Kecuali
pembangunan sarana pemukiman (real estate, rumah sederhana dan rumah sangat
sederhana), yang dapat dievaluasi dengan menggunakan analisis finansil dilihat
dari kepentingan pengembang, maka untuk prasarana pemukiman, seperti :
a. Penyediaan Air Bersih
b. Pemugaran perumahan rakyat
c. Pembuatan jalan setapak
d. Pembuatan saluran drainase
e. Pembuatan tempat pembuangan sampah
f. Pembuatan pengolahan limbah
g. Pembuatan tempat mandi, cuci dan kakus
(MCK), dan
h. Pembangunan Gedung Sekolah (SMU, SLTP
dan lain-lain),
benefitnya
bersifat intangible (sulit dinilai dengan uang).
Karena
penulis belum menemukan bahan bacaan yang mengulas perhitungan IRR-nya. Penulis
mencoba menawarkan cara memberi skor (nilai), atas keadaan fasilitas tersebut
dengan membuat daftar Isian sebagai berikut :
Pertanyaan
1. Apakah pada waktu fasilitas tersebut
dibangun karena diminta masyarakat sekitarnya ?
• Nilai 10 (diminta masyarakat
berkali-kali)
• Nilai 8 (diminta masyarakat)
• Nilai 6 (kurang diminta masyarakat)
• Nilai 4 (tidak diminta masyarakat)
1. Apakah fasilitas tersebut memang
dibutuhkan masyarakat ?
• Nilai 10 (sangat dibutuhkan)
• Nilai 8 (dibutuhkan)
• Nilai 6 (kurang dibutuhkan)
• Nilai 4 (tidak dibutuhkan)
1. Apakah lokasi pembangunan fasilitas
tersebut letaknya strategis/mudah dicapai ?
• Nilai 10 (sangat mudah dicapai)
• Nilai 8 (mudah dicapai)
• Nilai 6 (kurang mudah dicapai)
• Nilai 4 (tidak mudah dicapai)
1. Apakah penggunaan fasilitas tersebut
sesuai rencana ?
• Nilai 10 (sangat sesuai)
• Nilai 8 (sesuai)
• Nilai 6 (kurang sesuai)
• Nilai 4 (tidak sesuai)
1. Apakah bangunan tersebut sesuai
spesifikasi ?
• Nilai 10 (lebih baik dari
spesifikasi)
• Nilai 8 (sesuai spesifikasi)
• Nilai 6 (kurang sesuai spesifikasi)
• Nilai 4 (tidak sesuai spesifikasi)
1. Apakah nilai bangunan tersebut sesuai
anggaran/kontrak ?
• Nilai 10 (lebih tinggi dari nilai
kontrak)
• Nilai 8 (sesuai nilai kontrak)
• Nilai 6 (kurang sesuai nilai kontrak)
• Nilai 4 (tidak sesuai nilai kontrak)
1. Apakah fasilitas tersebut dipelihara
oleh masyarakat sekitarnya ?
• Nilai 10 (dipelihara dengan sangat
baik)
• Nilai 8 (dipelihara)
• Nilai 6 (kurang dipelihara)
• Nilai 4 (tidak dipelihara)
1. Apakah fasilitas tersebut
dikelola/dibiayai oleh masyarakat ?
• Nilai 10 (secara bersama-sama)
• Nilai 8 (dikelola oleh sekelompok
orang)
• Nilai 6 (dikelola oleh satu kelompok)
• Nilai 4 (tidak dikelola sama sekali)
1. Apakah fasilitas tersebut membuat
masyarakat sekitar meningkatkan derajat kesehatan?
• Nilai 10 (sangat meningkatkan derajat
kesehatan)
• Nilai 8 (meningkatkan derajat
kesehatan)
• Nilai 6 (kurang meningkatkan derajat
kesehatan)
• Nilai 4 (tidak meningkatkan derajat
kesehatan)
1. Apakah adanya fasilitas tersebut
berdampak meningkatnya kecerdasan masyarakat ?
• Nilai 10 (sangat meningkatkan
kecerdasan)
• Nilai 8 (meningkatkan kecerdasan)
• Nilai 6 (kurang meningkatkan
kecerdasan)
• Nilai 4 (tidak meningkatkan
kecerdasan)
Penilaian
:
• Apabila nilai keseluruhan : 80 – 100,
fasilitas tersebut dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat.
• Apabila nilai keseluruhan : 60 – 79,
fasilitas tersebut dinilai bermanfaat bagi masyarakat.
• Apabila nilai keseluruhan : 40 – 59,
fasilitas tersebut dinilai kurang bermanfaat bagi masyarakat.
• Apabila nilai keseluruhan : 20 – 39,
fasilitas tersebut tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Penutup
Perhitungan
IRR untuk mengevaluasi/mengevaluasi kembali kelayakan proyek memerlukan data
yang lengkap mencakup seluruh umur rencana proyek. Data tersebut berupa :
• Biaya Konstruksi
• Biaya Operasi dan Pemeliharaan
• Manfaat/Benefit (dengan dan tanpa
adanya proyek)
Pengerjaan
secara manual akan memerlukan waktu lama, sehingga dibutuhkan fasilitas
komputer beserta perangkat lunaknya (software). Sedangkan untuk mengevaluasi
kelayakan proyek-proyek prasarana pemukiman yang penulis kemukakan diatas baru
berupa pemikiran. Karena itu penulis mohon kepada sidang Pembaca apabila
memahami cara perhitungan IRR-nya, supaya menyampaikan kepada Redaksi agar
dapat dipakai sebagai acuan dalam pemeriksaan mendatang.
Semoga
apa yang penulis sampaikan ini bermanfaat buat kita semua. Amiin (HA/090500)
1.
2. Net Present Value/NPV (Nilai bersih
saat sekarang)
NPV
merupakan selisih antara Present Value dari pada Benefit dan Present Value dari
pada Biaya
Formula
matematisnya :
n
Bt - Ct
________________________________________
NPV
=
t=1
t
(1+i)
dimana
Bt = Benefit sosial kotor pada tahun t
Ct
= Biaya sosial kotor proyek pada tahun t baik yang berupa modal atau
Operasi
n
= Umur ekonomis proyek
i
= Social oportunity Cost of Capital (OCC) yang dianggap sebagai Social
Discount
rate
Proyek
dinyatakan Go kalau NPV 0. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut
mengembalikan persis sebesar OCC. Jika NPV 0 = berarti proyek ditolak,
artinya ada penggunaan lain dari modal yang lebih menguntungkan.
3. Net Benefit Cost Ratio/Net B/C
(Perbandingan Bersih manfaat/hasil dengan biaya)
Bt
- Ct
________________________________________
Untuk
menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung untuk setiap tahun t.
t
(1+i)
lalu
Net B/C adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri dari
Present Value total daripada Benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit
bersih itu bersifat (+).
Sedangkan
penyebunya terdiri dari Present Value total daripada biaya bersih dalam
tahun-tahun dimana Bt-Ct bersih (-), yaitu biaya kotor lebih besar daripada
benefit kotor.
Formula
matematisnya sebagai berikut :
n
Bt - Ct
________________________________________
t=1
t
(1+i)
( Bt – Ct > 0 )
________________________________________
________________________________________
Net
B/C =
n
Ct – Bt (Bt – Ct < 0 )
________________________________________
t=1
t
(1+i)
Seperti
halnya IRR, maka Net B/C itu akan diperoleh apabila paling sedikit salah satu
nilai Bt – Ct bersifat (-). Kalau tidak, maka Net B/C akan tak terhingga.
Dengan
demikian kalau rumus diatas memberikan hasil Net B/C = > 1 berarti NPV >
0 merupakan tanda proyek Go sedangkan Net B/C = < 1 merupakan tanda No Go.
4. Gross Benefit Cost Ratio/Gross B/C
(Perbandingan Kotor Manfaat/hasil dengan Baiya)
Indeks
ini serupa dengan Net B/C, hanya benefit maupun biayanya diberikan secara Kotor
dalam pembilang dan penyebutnya.
Formula
matematisnya :
n
Bt
________________________________________
t=1
t
(1+i)
________________________________________
Gross
B/C =
n
Ct
________________________________________
t=1
t
(1+i)
Sama
dengan Net B/C, Ct yang dimaksud diatas mencakup Modal + Biaya
5. Profitability Ratio (PR = PV’/K)
Indeks
ini membedakan antara biaya yang merupakan modal awal (Kt) dan Biaya operasi
(Ct). Rumusnya adalah sebagai berikut :
n
Bt - Ct
t=1
________________________________________
Gross
B/C =
n
Kt
t=1
Angka
perbandingan ini dianggap mengukur rentabilitas (hasil) suatu investasi diatas
tingkat discount ratenya. Biasanya lebih mendekati Net B/C daripada ke Gross
B/C.
PENGGUNAAN
KONSEP EKONOMI TEKNIK SEBAGAI DASAR
MENGEVALUASI
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN
Oleh
: Harris Arifin (Pemeriksa Wilayah V)
Pengantar
Sejak
Juli 1997, Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya dilanda krisis moneter
berkepanjangan. Akibatnya pemupukan modal untuk pembangunan khususnya bidang
ke-PU-an mengalami penurunan. Sangat beralasan apabila dalam rencana
pembangunan bidang jalan (ke-Bina Marga-an) dilandasi oleh sikap rasional
ekonomis para aparat yang melaksanakannya. Untuk itu penulis akan mencoba
menyampaikan kepada pembaca apa yang terkandung dalam konsep tersebut diatas.
Guna memudahkan pengertian, maka untuk pembangunan jalan baru dan peningkatan
dipakai istilah pembangunan saja.
PENGERTIAN
EKONOMI TEKNIK (ENGINEERING ECONOMY)
Robley
Winfrey dalam dalam bukunya "Economic Analysis for Highways" halaman
9 menyatakan bahwa Engineering Economy dimaksudkan sebagai phase khusus dari
Engineering secara keseluruhan untuk mendapatkan desain yang paling ekonomis
dalam membantu para Engineer dalam gambaran analisi ekonomi secara keseluruhan.
Dari
uraian tersebut diatas terlihat bahwa dalam membuat rencana dan desain jalan
harus didasarkan pada prinsip ekonomi dan pengaruh sosial pada, masyarakat
disamping prinsip-prinsip lain.
Ide
dasar tentang Engineering Economy sendiri telah cukup lama, dimulai dengan
kertas kerja E.W. James, "Enginnering Journal" Ingenieria
International tahun 1927, dimana harapan akan prinsip-prinsip dasar ditinjau
ekonomi maupun desain yang bisa dipertanggung jawabkan dan ekonomis tercakup
dalam tulisannya.
Berikut
ini petikan dari jurnal tersebut :
"That
any highway expenditure to be justified must be earned by the road in the form
of cheaper transportation. This mean that there must be enough traffic and the
type of improvement shall be such that the actual saving in cost of
transformation shall at least equal the cost of the improvement. This alone
justies the cost of highway must pay for itselt otherwise it will be luxury.
Engineering Economy analysis are performed to determine the economy efficiency
of proposals"
(Semua
pengeluaran yang akan dilakukan untuk jalan raya harus diperoleh dari jalan itu
sendiri dalam bentuk transportasi yang murah. Ini berarti harus cukup lalu
lintas, sedangkan jenis peningkatan harus sedemikian rupa, sehingga penghematan
yang sebenarnya dalam biaya transportasi paling sedikit harus sama dengan biaya
pembangunan, hal ini akan memberikan pertimbangan berapa besar biaya konstruksi
jalan raya.
Selama
umurnya suatu jalan raya harus dapat membiayai hidupnya sendiri, jika tidak ia
akan merupakan barang mewah. Analisa Engineering Economy dilakukan untuk
menentukan effisiensi ekonomi dari setiap pengusulan).
Bahwa
pada analisa ekonomi, secara keseluruhan harus dikaitkan dengan problem yang
akan berkembang dimasa mendatang. Ini berarti bahwa ramalan lalu lintas dimasa
mendatang harus didasarkan pada analisis ekonomi secara lebih luas lagi, baik
dari tinjauan pengaruh tingkat regional maupun nasional. Banyak kasus yang
memperlihatkan pengeluaran yang tidak pada tempatnya karena prinsip-prinsip
dasar ekonomi, tidak diterapkan dalam analisis ekonomi pada pekerjaan
pembangunan jalan.
Dalam
Engineering Economy, akan dibatasi secara jelas 2 (dua) ruang lingkup sekaligus
yaitu biaya konstruksi yang tidak berlebihan (desain geometrik sesuai
kebutuhan) dan dipihak lain keuntungan dari pembangunan yan diharapkan selama
umur teknis jalan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Kenneth B. Woods
dalam bukunya "Highway Engineering Hand book" halaman 3-9, menyatakan
bahwa dengan analisa ekonomi, tercakup perencanaan yang cukup matang. Untuk itu
Woods berkata "Planning does not promise perfection in the public work
program, but planning quarantee progress (Perencanaan tidak menjanjikan
kesempurnaan dalam program pekerjaan umum, tetapi merupakan suatu jaminan
adanya kemajuan).
Benefit
dari pembangunan jalan.
Robley
Winfrey selanjutnya dalam bukunya tersebut diatas pada halaman 51
mengetengahkan pengertian savings (tabungan) dan Benefits (manfaat), sebagai
berikut :
-
Savings : Dalam istilah menyangkut keuangan adalah pengurangan dari biaya
produksi atau pelayanan dengan adanya akibat proses produksi dan sebagainya,
sebagai contoh :
Dengan
konstruksi yang baru dari jalan A – B, maka biaya operasi kendaraan berkurang dari
5,3 sen/mil menjadi 4,9 sen/mil yang berarti ada saving sebesar 0,4 sen/mil.
-
Benefits : Keuntungan/manfaat yang diperoleh bukan dalam arti savings yang
nyata dalam kalkulasi moneter. Perbedaan kecepatan ataupun lama perjalanan
merupakan keuntungan yang dimaksud. Dalam jenis generated traffic adalah contoh
yang baik dari keuntungan berlalu lintas yang bukan merupakan savings.
Akibat
ekonomis dari adanya pembangunan jalan dapat dinilai dalam hubungan eksternal
economic, yaitu berupa :
i. Keuntungan/manfaat langsung (Direct
Benefits), yang diperoleh kendaraan.
ii. Keuntungan/manfaat tidak langsung
(indirect Benefits), yang dinikmati pemakai jalan.
Ad.i
Keuntungan/manfaat langsung (direct benefits) lazim disebut Vehicular Benefit,
adalah keuntungan yang diperoleh pemakai jalan/kendaraan yang langsung
diperoleh dari adanya pembangunan/peningkatan jalan. Keuntungan tersebut berupa
pertambahan kecepatan kendaraan, berkurangnya penggantian ban dan biaya operasi
kendaraan (Vehicle Operating Costs), yang disebabkan oleh :
1. Perbaikan tanjakan-tanjakan (gradients)
jalan
2. Perbaikan pada tikungan-tikungan
(curves), dengan perubahan-perubahan pada tikungan-tikungan yang berbahaya.
3. Pelebaran badan jalan serta perkerasan
dan pelebaran pada bahu jalan.
4. Perbaikan/peningkatan dari jalan tanah
menjadi jalan berbatu (gravel road) dan sebagainya.
5. Pengurangan biaya pelambatan (slow down
costs), dengan berkurangnya berbagai hambatan yang terdapat di jalan.
6. Pengurangan berhenti (stop) yang
terlampau sering. Semua perbaikan-perbaikan tadi akan membawa
perubahan/pertambahan pada kecepatan kendaraan dan menurunkan biaya operasinya.
Keuntungan/manfaat
yang diperoleh pemakai jalan selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Penurunan biaya operasi kendaraan
(bahan bakar, minyak pelumas, ban, kanvas rem dan sebagainya).
b. Pengurangan waktu transit, yang
disebabkan oleh bertambahnya kecepatan kendaraan dan berkurangnya jarak waktu
lalu lintas antar kota.
c. Pengurangan keletihan pengemudi dan
keletihan mental dan fisik karena berkurangnya tikungan-tikungan berbahaya,
pandangan keadaan jalan yang lebih baik, dan sebagainya.
d. Penambahan peningkatan berkendara tidak
saja bagi pengemudi tapi juga bagi penumpang.
e. Pengurangan kerusakan pada
barang-barang yang diangkut. Perbaikan jalan akan mengurangi
goncangan-goncangan terhadap kendaraan yang lewat sehingga dapat terhindar dari
kerusakan. Perbaikan ini mengakibatkan pula penghematan biaya pengepakan,
karena tidak perlu pengepakan khusus yang biayanya cukup mahal.
f. Pengurangan kecelakaan lalu lintas
yang disebabkan berkurangnya keletihan mental dan fisik pengemudi karena
kondisi jalan yang lebih baik.
Ad.ii
Keuntungan/manfaat tidak langsung (inderect Benefit) lazim disebut Non
vehicular benefits karena keuntungan-keuntungan dari pembangunan jalan baru
atau peningkatan jalan lama lebih berhubungan dengan pengembangan daerah-daerah
sepanjang jalan tersebut. Hal ini juga disebut sebagai Development Benefits.
Keuntungan
lain dari pembangunan jalan ialah mengurangi kemacetan jalan. Bila suatu jalan
baru dibangun maka lalu lintas dari jalan lama sebagian akan berpindah kejalan
baru (diverted traffic) sehingga kemacetan-kemacetan yang biasanya terjadi pada
jalan lama akan berkurang, demikian juga dengan jalan baru. Untuk analisis Ekonomi
sebagai tambahan, ada keuntungan yang disebut social benefits yaitu seperti
peningkatan pendidikan, kesehatan, kemajuan tingkat kehidupan dan lingkungan
karena memungkinkan masuknya teknologi perbaikan distribusi pendapatan,
integrasi nasional dan sebagainya.
Keuntungan
Pemakai Jalan dan Pembuat Jalan
Keuntungan
pemekai jalan antara lain berupa penurunan biaya operasi kendaraan yang
berpengaruh langsung terhadap tarif angkutan. Biaya operasi kendaraan yang
murah merangsang penambahan jumlah kendaraan dijalan raya baik kendaraan
penumpang maupun angkutan barang. Penambahan jumlah kendaraan merupakan
keuntungan bagi pembuat jalan (pemerintah) dimana biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan jalan tersebut diimbangi dengan meningkatnya kegiatan perekonomian
dalam masyarakat yang secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan
Negara.
Hubungan
timbal balik antara biaya angkutan dengan volume lalu lintas dijelaskan oleh
Ian E. Smith dalam bukunya "Rural Development the value added
approach" PPN-UI, 1979, menjelaskan dalam kurva berikut :
Biaya
Angkut
________________________________________
C1
P Kurva Permintaan Angkutan
KEUNTUNGAN
(Transport Demand curve)
NORMAL
KEUNTUNGAN
TRAFFIC
GENERATIO
________________________________________
C2
TRAFFIC Q
R
________________________________________
O
T1
T2 Volume Lalu Lintas
Pada
biaya angkutan C1 maka volume T1 Apabila ada pembangunan jalan dimana biaya
angkutan turun menjadi C2, maka lalu lintas meningkat menjadi T2.
Keuntungan
yang diperoleh dan biaya operasi kendaraan ditunjukkan oleh trapesium C1, P, Q,
C2, dimana C1, P, R, C2 menunjukkan penghematan dalam lalu lintas normal
(normal traffic), sedangkan daerah PQR memperlihatkan penghematan dalam lalu
lintas generated (in duced) yang ditunjukan oleh T2-T1
Keuntungan
yang diperoleh dari pembangunan jalan secara matematis oleh Smith, digambarkan
sebagai berikut :
B
= (C1-C2). T1 + ½ (C1-C2). (T2-T1)
=
< C T1 + ½ < C . < T
=
< C (T1 + ½ < T)
dimana
:
B
= Benefit (keuntungan/manfaat)
C
= Biaya angkutan
T
= Volume lalu lintas
<
= Perubahan (pertambahan)
Keuntungan
Produsen
Dengan
turunya biaya operasi kendaraan yang secara langsung akan berpengaruh terhadap
biaya angkutan. Hal ini akan memberikan keuntungan kepada produsen, yang dapat
diuraikan sebagai berikut.
Pendekatan
yang digunakan disebut pendekatan surplus sosial (social surplus approach),
yang didasarkan kepada surplus produsen.
Batasan
(asumsi) pendekatan ini sebagai berikut :
• Aktivitas perekonomian kecil
• Volume lalu lintas rendah
• Pengurangan biaya angkutan untuk
produsen
• Dipertimbangkan bahwa seluruh input
atau output produksi dapat terangkut melalui jalan tersebut.
Biaya
Angkutan Tingkat Harga Yang
Diterima
Produsen Kurve biaya marginal
produsen
Q
R
________________________________________
________________________________________
________________________________________
C1
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
Kurva
Permintaan
________________________________________
________________________________________
Terhadap
Angkutan
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
________________________________________
C2
________________________________________
S
________________________________________
________________________________________
O
O Q1 Q2 Jumlah
T1
T2 Volume lalu lintas Produksi
Dari
gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa potongan biaya angkutan yang diperoleh
produsen dengan turunnya biaya operasi kendaraan sebesar C1-C2 yang sepenuhnya
diterima produsen. Dengan anggapan bahwa dalam beberapa kenaikan produksi oleh
produsen hal tersebut tidak akan menekan harga pasar (produsen berada dalam
persaingan sempurna/perfect competition). Begitupula luas tanah yang diusahakan
adalah tetap. Dengan adanya potongan biaya angkutan, produsen dengan demikian
berpindah pada harga yang diinginkan untuk berproduksi yaitu P1 - P2. Diyatakan
bahwa (C1-C2)=(P2-P1). Secara sederhana kurva produksi digambarkan dalam grafik
kekanan atas dan produsen akan menaikkan produksinya dan OQ1 menjadi OQ2.
Keuntungan dari adanya pembangunan jalan berupa penghematan biaya operasi
kendaraan dapat menyebabkan turunnya biaya angkutan secara relatif akan
memberikan keuntungan kepada produsen dalam bentuk surplus produksi karena
produksi dapat lebih cepat terangkut sehingga mampu berproduksi lebih banyak.
Keuntungan tersebut tergambar pada kurva sebelah kanan dalam bentuk kotak
P2QSP1 atau segitiga QRS (bukan kedua-duanya).
Pengertian
lalu lintas Normal, Diverted dan Generated (Induced);
-
Normal traffic : Adalah traffic yang diperkirakan akan menggunakan prasarana
angkutan tersebut meskipun tidak ada proyek, jumlah traffic seharusnya naik
sesuai dengan pertumbuhan ekonomis didaerah-daerah yang dilayani prasarana
angkutan tersebut.
-
Diverted traffic : Adalah traffic yang berasal dari traffic yang berasal dari
jenis lain atau dari fasilitas lain yang berpindah kapasitas atau jenis angkut
biasa.
-
Generated (Induced) traffic : Adalah traffic yang benar-benar baru karena
sebelumnya memang belum ada. Timbulnya traffic ini disebabkan karena turunnya
biaya angkutan, menggiatkan daerah-daerah sekitarnya dan karena daerah tersebut
berkembang maka hasil produksi daerah tersebut yang mulanya hanya untuk lokal,
sekarang ditingkatkan serta kelebihan (surplus) hasil produksi daerah yang
bersangkutan dijual keluar daerah.
Biaya
Konstruksi/Pembangunan
Biaya
yang diperhitungkan untuk analisis proyek disebut biaya ekonomi/Economic Costs
yaitu biaya yang telah dikeluarkan unsur tax dan subsidi pada biaya tersebut.
Biaya
konstruksi dalam pembangunan jalan, meliputi :
1. Biaya Eksploitasi (overhead costs)
2. Ganti Rugi Tanah (Land acquisition)
3. Pekerjaan Tanah (Earth Work)
4. Pengeringan (Drainage)
5. Pekerjaan Fundasi (Base Course)
6. Pengaspalan (Surfacing)
7. Pembuatan Bahan Jalan (Shuulder)
8. Pekerjaan Lain-lain (Sundry)
Biaya
konstrusi sangat tergantung pada jenis konstruksi yang desainnya didasarkan
pada beban dari volume lalu lintas pada masa sekarang dan prakiraannya pada
masa mendatang.
Posting Komentar