aku duduk di muka beranda istana sederhana ini yang dulu pernah jadi tempat membesarkanmu atapnya sudah tidak sekuat dulu mungkin tertiup angin timur saja genting genting murah ini bisa terbang dibawanya lihat nak, tembok ini juga sudha banyak yang renta di kanan kirinya terbelah tapi masih tetap kuat pintu itu, yang sering kau tutup dengan kencang ketika kau marah itu juga masih tertutup rapat dan jendela ini, yang ketika hujan mengembun.. sering kau tuliskan "aku sayang ibu" dengan jari-jari mungilmu itu tapi sekarang rumah ini begitu sepi setahun yang sudah dengan berat hati kulepas kau buah hatiku untuk pergi ke kota kelak disana aku berdoa kau kan temukan kehidupanmu yang lebih baik dari sekarang di desa ini anakku.
huffft.,,...
ketika itu pada suatu sore, kau datang kepadaku anakku.. menangis bahagia ku ketika ku lihat anak kecilku sudah kembali pulang. bersyukur dalam hati karena kau mau menginjakkan kakimu yang biasa menginjak lantai di ubin rumah kita sayang.. ku tegaskan wajahmu yang semakin mengutuhkan kejantannanmu sebagai seorang laki-laki, ku pertegas kedua retina kedua mataku yang semakin kabur untuk dapat melihat jelas sinar matamu. oh anakku sayang, tahukah engkau aku sangat mnerindukanmu, ku peluk bahumu yang lebih tegap. oh Tuhan anaku sudah tumbuh besar. badannya sudah harum tidak lagi bau pipis nya.. suaranya telah tegas tidak lagi pelan seperti dulu ketika dia merengek meminta permen.. tapi, waktu juga yang memaksa aku melepas anakku. melepas laki laki kecilku, dan sekarang, di teras muka rumah kita. aku sendiri menantimu pulang..anakku, kala malam malam datang, ibu selalu mendoakanmu, berharap kau baik baik saja di Jakarta. ibu masih ingat, ketika itu kau sempat merengek meminta dibelikan sepeda, oh bukan ibu tidak mau untuk membelikan, hanya saja, ibu belum punya uang untuk membelikannya anakku.. tapi sekarang ibu bersyukur, kamu sudah memiliki uang untuk membeli sepeda tersebut. bahkan sepeda hasil keringatmu bisa jalan tanpa perlu kau kayuh..
oh iya ibu lupa.
kau masih ingat pohon mangga yang dulu kau dan ayah tanam di belakang rumah kita? sekarang sudah berbuah anakku. ibu ingat dulu kau pernah bilang "ibu nanti kalo aku sudah besar, aku pasti akan ngambilin buah mangga itu buat ibu" hmmm masihkah kau ingat itu anakku?? tapi ketika aku minta kau ingin petikkan buah itu ketika kau pulang kau kemarin, kau hanya bilang "udah lah ibu gak usah metik, nanti kita beli aja kan gampang" aku hanya bisa diam. jujur, ibu sama sekali tidak ingin memakan buah mangga.. tapi ibu ingin mengetes sejauh manakah kau masih ingat kepada janji kecilmu dulu?? anakku, apakah kehidupan di kota sudah membuatmu melupakan semua? semua tentang kita? apakah kau ingat, waktu kau berumur 3 tahun kau merengek minta dibelikan gulali di pasar malam desa sebelah. apakah kau ingat pertama kali kau masuk SD, kau menangis ketika kau tidak bisa mengikat tali sepatumu dan ibu membantumu? apakah kau ingat ketika kau sudah mulai remaja, kau berani bertanya kapadaku tentang perasaan yang kau rasakan kepada perempuan di sekolahmu?
padahal aku ingin berkata itu CINTA. tapi kurasa kau masih terlalu dini anakku.
anakku,
aku tahu..
di desa ini tidak ada internet, tidak ada mall, tidak ada game apapun yang kau temukan di Jakarta.
aku tahu, desa ini tidak menarik, hanya ada padi, sawah, kebun, gunung, sungai, dan itu semua tidak seistimewa tempat-tempat mewah di Jakarta. aku tahu, ketika malam disini tidak seterang, segemerlap dan seindah di Jakarta.
tapi apa kau tahu anakku??
di desa ini, kau pernah lahir, pernah aku susui, pernah aku besarkan.. di desa ini, kau ku ajarkan membaca, mengaji, beribadah, beramal, rendah hati dan saling menyayangi..
apakah disana kau menerapkan semua amalanku itu??
anakku,
umurku sudah semakin lanjut.
seperti senja yang mual menyusut ketika kutulis sebuah surat ini,
surat dari kampung karena hanya kutuliskan dengan pulpen murah dan kertas yang ku beli tadi di toko alat-alat di pasar.
anakku,
seandainya saja ada waktu sebentar saja,
sempatkanlah tengok aku di rumah ini.
sebelum aku benar benar meninggalkanmu.
aku hanya ingin memastikan bahwasanya kau benar-benar sudah tumbuh dewasa,
sudah siap untuk aku tinggal disini,
di dunia yang penuh kemelut, sandiwara, kebohongan dan tipu daya ini.
agar saat aku pergi, aku merasa tenang..
aku ingin melihat senyummu anakku, senyum yang mungkin sudah bukan hanya menjadi milikku saja..
aku ingin merasakan pelukanmu sekali saja..
tapi jika kau tidak bisa menemuiku sebelum ajalku tiba..
berjanjilah padaku kau mau menengok makamku sayang..
mengirim doa doa untukku..
hanya itu...
untuk anak laki-lakiku yang sangat ibu sayangi..
jangan pernah kau tinggalkan sholatmu nak..
jangan pernah kau lupakan puasa mu..
jangan pernah nak..
ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini mungkin..
ibu tidak mampu memantaumu, dan ibupun tau kau tidak mau terlalu ibu atur..
hanya itu pesanku sayang.
dimanapun kau pijakkan kaki mu, ingatlah selalu Tuhanmu. dan ingatlah selalu Ibu dan Ayahmu,,
kami sangat menyayangimuuuuuuuuuuuuu .
meskipun dunia kami telah berbeda denganmu..
Anakku,
sebagai seorang laki-laki dewasa.. ibu hanya ingin berpesan satu hal saja.
cari dan nikahilah wanita yang kau sayangi, yang mampu menyayangimu.
cantik atau tidak itu bukan masalah.
cantik bisa luntur ketika istrimu berumur 30 tahun lebih
tapi kecantikan hatinya tidak akan luntur..
dia akan menjadi ibu sama seperti aku.. hargailah dia seperti kamu menghargai ibu..
carilah wanita yang mampu menutupi tubuhnya, rambutnya, seluruh badannya.
ibu tahu, kau menyukai wanita yang sexy, cantik, anggun, penuh perlak di mukanya.
tapi percayalah nak. itu bukan wanita yang tepat untukmu..
carilah wanita yang bukan hanya bisa menemanimu di dunia ini.. tapi juga di surga..
kalau kau tidak sempat memperkenalkan wanita itu kepada ibu sekarang, ibu menunggumu datang menemui ibu di surga nanti ya anakku..
Ingat selalu pesan ibu ..
"kasih ibu sepanjang masa.. kasih anak sepanjang galah.."
Posting Komentar