Pemerintah Rusia menyatakan geli dengan tuduhan seorang jenderal NATO bahwa Moskow menggunakan krisis imigran sebagai senjata untuk melawan Barat.
Rusia menganggap tuduhan aneh itu itu sebagai kebiasaan retorika NATO. Moskow meminta NATO “membersihkan” pikirannya.
Juru bicra Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov menyebut tuduhan terbaru NATO itu sebagai retorika kambuhan.
”Tidak ada mengherankan bahwa keputusan telah dibuat oleh anggota Kongres AS untuk menggantikan dia di posnya dari Kepala Gabungan Angkatan Bersenjata NATO di Eropa,” kata Konashenkov.
Menurutnya, tidak seperti koalisi anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS), operasi Rusia di Suriah telah meringankan krisis pengungsi di negara itu. Buktinya, kata dia, saat ini sedang dalam proses menuju perdamaian dari kedua kubu yang bertikai di Suriah.
”Yang penting adalah kenyataan bahwa sebagai hasil dari operasi Rusia, PBB mencatat pengurangan pengungsi yang mengalir dari Suriah dan proses rekonsiliasi telah dimulai,” ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Kamis (3/3/2016).
Sebelumnya, Komandan NATO, Jenderal Philip Breedlove, menuduh Rusia bersekongkol dengan Presiden Suriah Bashar Al-Assad sengaja memicu migrasi massal rakyat Suriah ke Eropa.
”Bersama-sama, Rusia dan rezim Assad sengaja menggunakan migrasi sebagai senjata dalam upaya untuk mengalahkan struktur dan tekad kuat Eropa,” kataBreedlove di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Kongres AS.
Menurutnya, masuknya imigran Suriah ke Eropa telah menguntungkan Moskow. Dia juga curiga para militan asing yang berperang di Suriah sebagai strategi Rusia dan Suriah. Para militan asing itu, lanjut Breedlove, kini pulang ke negaranya masing-masing dan kemungkian beraksi di negara mereka.
Lebih lanjut, Breedlove menuduh Rusia dan rezim Assad menggunakan senajata secara ngawur.”Senjata digunakan sembarangan oleh Bashar Al-Assad, danpenggunaan senjata non-presisi oleh pasukan Rusia,” ucap dia.
Posting Komentar