Legenda rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh terawal berasal dari suku-suku asli; yaitu suku Mante (Mantir) dan suku Lhan (Lanun). Suku Mante merupakan etnis lokal yang diduga berkerabat rapat dengan suku Batak, suku Gayo, dan Alas sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan suku Semang yang bermigrasi dari Semenanjung Malaya atau Hindia Belakang
Suku Mante pada mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secaraetnologi tentang hubungan suku Mante dengan bangsa Funisia di Babiloniaatau Dravida di lembah sungai Indusdan Gangga, namun hal tersebut belum dapat ditetapkan oleh para ahli kepastiannya.
Ketika Kerajaan Sriwijaya memasuki masa kemundurannya,diperkirakan sekelompok suku Melayu mulai berpindah ke tanah Aceh.
Di lembahsungai Tamiang yang subur mereka kemudian menetap, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan suku Tamiang.
Setelah mereka ditaklukkan olehKerajaan Samudera Pasai (1330), mulailah integrasi mereka ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan dialek tetap terdapat kedekatan dengan budaya Melayu.
Suku Minang yang bermigrasi ke Aceh banyak yang menetap di sekitarMeulaboh dan lembah Krueng Seunagan.
Umumnya daerah subur ini mereka kelola sebagai persawahan basah dan kebun lada, serta sebagian lagi juga berdagang.
Penduduk campuran Aceh-Minang ini banyak pula terdapat di wilayah bagian selatan, yaitu di daerah sekitar Susoh, Tapaktuan, danLabuhan Haji.
Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun bahasa Aneuk Jamee, yaitu dialek khusus mereka sendiri.
Akibat politik ekspansi dan hubungan diplomatik Kesultanan Aceh Darussalam ke wilayah sekitarnya, maka suku Aceh juga bercampur dengan suku-suku Alas, Gayo, Karo,Nias, dan Kluet.
Pengikat kesatuan budaya suku Aceh yang berasal dari berbagai keturunan itu terutama ialah dalam bahasa Aceh, agama Islam, danadat-istiadat khas setempat, sebagaimana yang dirumuskan olehSultan Iskandar Muda dalam undang-undang Adat Makuta Alam.
Posting Komentar