Jumat, 25 Maret 2016

SAYA POSITIF


Tanah Papua merupakan wilayah dengan tingkat infeksi HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Terletak di wilayah paling timur dari Indonesia, Tanah Papua sendiri terbagi dalam dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Perbaikan demi perbaikan telah banyak dilakukan demi ketersediaan obat-obatan dan akses untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Namun, dibalik itu masih ada stigma dan diskriminasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau mereka yang beresiko tertular virus HIV.

Mayoritas masyarakat di Tanah Papua masih memandang HIV/AIDS identik dengan penderitaan, penghinaan, dan kematian. Namun, adanya stigma dan diskriminasi yang ada di tengah-tengah masyarakat justru mengakibatkan mereka sering menunda atau bahkan menghindari tes HIV. Tanpa mengetahui secara pasti status HIV mereka, orang-orang yang sudah tertular virus HIV masih jarang melakukan upaya pencegahan sehingga berpotensi menularkan virus HIV kepada pasangannya ataupun orang lain. Adanya stigma dan diskriminasi juga mengecilkan upaya mereka yang hidup dengan HIV /AIDS untuk mendapatkan perawatan yang bisa menyelamatkan hidup mereka, seperti obat Antiretroviral (ARV) yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka dengan cara menekat perkembangan virus yang ada di dalam tubuh.

Ketakutan akan penganiayaan, pelecehan dan dikucilkan dari anggota keluarga dan lingkungan merupakan beberapa alasan mengapa mereka merahasiakan dan menyangkal status HIV mereka dibandingkan mencari pengobatan. Selain itu, adanya stigma internal seolah menimbulkan perasaan malu, bersalah, penolakan, dan keputusasaan yang pada akhirnya meremehkan peran sosial mereka dan rasa memiliki yang ada di tengah masyarakat. Pada akhirnya, penderitaan dan kematian seolah tak bisa dihindari. Anggapan akan penderitaan dan kematian begitu melekat dan memperkuat stigma serta diskriminasi.

Saya Positif memuat tujuh profil individu-individu dengan HIV positif. Namun, bertentangan stereotipe negatif, ketujuh profil ini justru menampilkan sisi yang sebaliknya; mereka kuat, sehat, produktif, tangguh, dan penuh akan harapan. Mereka adalah sosok para orangtua yang penuh pengabdian, seorang anak laki-laki dan anak perempuan yang penuh kasih, anggota masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi untuk keluarga dan komunitas. Kesaksian dan testimoni mereka tidak hanya menjadi sumber inspirasi tapi juga bukti nyata akan pentingnya melawan kesalahpahaman yang selama ini berada di tengah masyarakat yang membantu melawan stigma dan diskriminasi di Tanah Papua.

Sumber: kompas

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 .
Shared by Nanggroe Seuramoe. Powered by BEK MUMANG BEEH..!