Aku akan buat surat ini dari malam ini sampai hari PILKADA. (kalau aku tidak keburu mati tentunya). Surat paralel, Sambung menyambung menjadi satu. Dg isi surat yg berkesinambungan.
Surat ini aku kirim kepada Tuhan. Karena Dialah pemilik jiwa dan penerapi desahannya. Desahan itu tak akan pernah terobati kepada selain-Nya. Meskipun juga menyuratinya hanya sebatas basa basi untuk menghilangkan kesombongan. Tuhan adalah penjawab segala kemelut jiwa.
Tuhan... Bukan aku tidak percaya. Kepada janji-Mu akan ada kemenangan di dalam kepahitan. Akan ada hikmah pada setiap keadaan. Akan menemukan kenyamanan di dalam kebenaran. Meskipun kebenaran itu tak pernah diakui apalagi dihargai orang. Akan ada balasan kebaikan pada setiap tebaran kebaikan. Akan ada kelebihan berlipat ganda, bahkan Kau menjamin 'Aku bersama orang yg sabar' pada setiap kesabaran.
Tapi aku merasakan betapa beratnya menyuarakan kebenaran di akhir zaman. Ketika aku baca sejarah para Nabi, mereka membalas keburukan dg kebaikan. Membalas kebaikan dg kebaikan yg lebih. Memberikan kebaikan lebih utama kepada orang yg telah memberikan keburukan.
Mereka jadi tersadar. Mereka yg telah memberikan keburukan kepada para Nabi, dan Nabi membalasnya dg kebaikan maka mereka para pemberi keburukan menjadi sadar. Mereka berbalik mengakui Nabi dan bahkan mengikutinya. Menjadi pendukung kuatnya. Menjadi orang yg memberikan kebaikan kepada Nabi dg lebih besar. Menjadi pendiri di garda terdepan dalam mendukung perjuangan Nabi, bahkan siap menjadi tameng hidup untuknya.
Tapi tidak sekarang. Tampaknya itu tidak lagi terjadi di akhir zaman. Bukan tidak terjadi sebenarnya. Tapi aku merasa sulit menemukannya. Payah dalam mencari dimana kebenaran itu ditemukan. Kebenaran bahwa akan ada kemenangan dalam kepahitan. Akan berbalik menjadi baik bagi orang yg membalas dg kebaikan apabila diberikan keburukan. Akan dibalas dg kebaikan yg lebih apabila memberikan kebaikan. Akan ada kenyamanan jiwa di dalam kebenaran.
Penulis : Tgk. Bukhari (ABU HAULA)
Posting Komentar