Jumat, 03 Januari 2014

B E N C A N A L A N G I T





bumi hidup!!! tanah tempat mu berpijak menjadi hidup!!! ia menanggis!!! raungan nya terdengar di seluruh penjuru mata angin. ketenangan hujan dan pepohonan terusik oleh sekawanan burung yang tiba2 saja yang mengempakkan sayap bersamaan terbang menjauh. semut2 dan binatang jelata di tanah2 kering was-was. kaki2 binatang tak henti2nya menjejak berlari menuruni gunung, lereng menuju perkampungan . orang2 panik, KIAMAT!!!!!! pikir mereka, bumi bergetar, gempa, lapangan penuh oleh orang2 keluar, takut tertinpa  reruntuhan rumah . bayi2 menangis , dan anak2 kecil berteriak menjerit. gemuruh terdengar dari arah gunung. gunung hendak meletus pikir orang2.

sekian detik semua keributan itu terjadi. lalu hening melebihi keheningan malam saat semua manusia terlelap. bahkan angin pun enggan bersuara.

orang2 di lapangan masih sibuk dengan  pertanyaan2 yang memenuhi isi kepala masing2.  benar kah bumi menjadi hidup? benarkah gunung2 akan meletus? benarkah kiamat telah dekat? sampai di manakah ia ? mungkin kah ia masih di kota, atau bahkan ia telah sampai di desa tetangga? lalu kapan giliran kiamat  menyambangi desa ini, sedetik lagi kah?  satu menit lagi kah? satu jam lagikah ? atau bahkan saat tarikan nafas berikutnya , ia telah datang ? mengapa dia tidak ada tanda2nya. dimanakah ISA ?, dmana kah MAHDI ? dimana kah DAJJAL? mengapa tidak mendengarkan suara pekikan sangka kala ISRAFIL? dimana kah kabut2 yang akan mematikan orang2 baik itu? atau jangan2 DAJJAL tidak pernah datang kedesa ini, karena memang dia tak perlu datang ke desa ini., makanya ISA atau MAHDI  pun tak perlu datang ke desa ini jangan2 sangkakala itu telah di tiup kan oleh ISRAFIL pada saat yang lalu, tapi mereka tidak mendengarnya  karena bising dengan suara rumpi dan tv. jangan2 kabut itu telah di hembuskan dan orang2 baik di seluruh dunia telah mati. kalau demikian sekumpulan orang2 di lapangan itu adalah orang-orang.............?

mereka menanti. satu menit, satu jam, sampai matahari perlahan2 membulat dan menjingga. tapi tak terjafi apa2. pun keadaaan desa tetap seperti adanya. rumah2 tetap berdiri tegaknya. tak ada satupun yang runtuh, tak ada satu pun yang jatuh, selain tetesan-tetesan peluh yang mengaliri tubuh2 lelah yang lesuh. tak ada yang berubah. tak ada yang bergerak selain kawanan burung yang terbang menjauh. semakin mengecil menjadi titik dan perlahan menghilang.


seseorang tertawa. pikirnya, ini hanyalah gurauan dari tuhan saja. mungkin ia hendakmelatih manusia  menghadapi bencana alam yang tidak terduga datang nya, seperti yang terjadi pada latihan2  untuk menhadapi kebakaran yang tiba2. segera tawa itu meluas. mula2 orang yang di sebelah nya, di sebelah nya lagi, di sekeliling nya tanpa di komando semua orang di lapangan itu tertawa. anjing2 mengaing, kuda2 meringkik, kambing mengembik, jangkrik mulai mengerik.



"hari ini tidak adaikan"! kataku, setengah membentak kepada anak pertamaku yang mengeluh ketika mendapati dia atas meja tempat makan hanya ada nasi, tempe goreng dan beberapa buah kerupuk udang. sudah 2 hari aku tidak berani melaut, bukan larangan dari polisi, pengawas pantai ataupun  dari aparat desa, tapi memang aku sendiri yang memutuskan  untuk tidak melaut sementara untuk melihat kondisi pantai yanng kotor oleh bangkai ikan2  kecil dan besar yang tergeletak, membusuk di permainkan lidah ombak. dua hari yang laluikan2 itu melompat2 ketepian, ke atas pasir seakan  melarikan diri dari sesuatu  yang mengerikan yang tidak terlihat  yang akan muncul dari lautan. mereka tau dengan menggeleparkan diri ke atas daratan. nyawa mereka  akan segera melepas dari badan mereka.  tapi seolah itu baik daripada berlama2 berendam di dalam air  lautan menunggu sesuatu yang jauh lebih mengerikan. adakah yang lebih mengerikan dari pada kematian?


ku pandang lautan lepas dari atas geladak kapal kecilku yang tertambat di pinggir pantai  agak jauh lidah air mendung bergulung2. irama gelombang terdengar tat tentu. kadang meninggi, susul menyusul berbentuk gegaris putih yang berlarian menyambangi pasir. kadang hening, senyap, membisu, hanya suara2 camar  berteriak bersahutan, untuk sesaat, dan sesaat kemudian meninggi lagi, bahkan saat tinggi, mempermainkan bangkai2 ikan yang telah membusuk  terhempas kesana kemari.

"ini pertanda lagi", pikirku, saat aku melihat awan hitam bergulung2 di cakrawala. entah kenapa, selama waktu hidup yang telah aku habiskan  di pantai ini telah memberiku kepekaan untuk membaca tanda2 yang di sampaikannya,. awan yang bergulung2, ikan2 kecil yang berenang2 dan melompat ke tepian, ikan2 besar yang terkadang di temukan menghamparkan diri, pun suara hembusan angin yang bagi sebagian orang terdengar dan terasa sama, bagiku tidak selalu sma,kadang ada hari2 tertentu suara dan rasa angin  tidak seperti biasanya, ini berarti akan datang sesuatu dari laut sana, entah itu dari permukaan nya ataukah dari kedalamannya. entah itu badai atau gempa.

lalu, beberapa hari setelah desa itu terguncang gempa-atau sesuatu seprti gempa-, ada suara2 aneh yang terdengar dari lereng gunung. kadang terdengar suara seorang perempuan menangis,menyayat, menolong, seperti gonggongan srigala. suara itu merintih, seperti menahan kesakitan. orang2 desa tidak mempercayai bahwa itu hantu, penunggu hutan, memedi atau apalah sejenis nya, mereka lebih mempercayai adanya ruh,  jiwa yang menempati segala benda.maka mereka menyebut suara itu  adalah suara ruh atau jiwa yang mendiami hutan di lereng gunung. namaun terdengar nyanyian lembut seiring udara dingin menyejuk dan menghembuskan dari arah puncak. ruh hutan tengah bernyanyi, ruh gunung tengah bersenandung.


mula nya orang2 desa itu  tidak mempermasalahkan suara2 itu, dari mana datang nya, siapa atau apa yang bersuara. tapi selama beberapa malam berikut nya, suara2 itu semakin mengerikan , lebih mengerikan dari pada suara binatang malam  yang paling mengerikan  sekalipun yang mengintaimu dari balik rerimbunan semak, menunggu ketika kau lengah, kau tentu nya membayangkan geriginya dan tetesan air liur nya  serta mata nya yang berkilau di kegelapan. tapi suara itu lebih mengerikan dari pada itu. orang2 desa memilih tidak keluar dari rumah. pagi nya petua2 desa berembug, perlukah diadakan pencarian menyisir lereng untuk sekedar tau  apa atau siapa asal suara itu kalau mungkin membuat siapa atau apa yang mengeluarkan suara2 itu terdiam.


B E R S A M B U N G........

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 .
Shared by Nanggroe Seuramoe. Powered by BEK MUMANG BEEH..!